Ketua Tim, Nur Syafika mengatakan bahwa inovasi mereka ini bakal mengurangi pengaruh samping dari problem saluran pencernaan. Karena obat diberikan melalui kulit, sehingga tidak kudu diproses di pencernaan. Selain itu, Nur dan tim menggunakan komponen phenylboronic acid (PBA) sebagai tanggapan glukosa, sehingga pelepasan metmorfin disesuaikan berdasarkan persentase glukosa darah atau sesuai bersama dengan keperluan tubuh.
“Metformin yang dihantarkan melalui kulit punyai keunggulan lebih dari metformin yang dikonsumsi di dalam bentuk pill karena mampu menjauhi pengaruh samping terhadap saluran pencernaan,” jelasnya.
Salah satu pengaplikasian melalui kulit mampu ditunaikan bersama dengan jarum mikro atau microneedle. Umumnya, jarum mikro ini tersedia di dalam bentuk plester atau gel namun beda tipe. Setelah studi literatur dan banyak berdiskusi bersama dengan dosen pembimbing, Nur memastikan untuk sebabkan microneedle yang lebih efisien dan ramah lingkungan, yaitu dissolvable microneedle yang segera larut sehabis diaplikasikan.
Pembuatan inovasi ini melalui proses yang panjang. Mulai dari mencari formula paling baik metformin dan tanggapan glukosa, lalu uji karakterisasi secara fisika maupun kimia. Formula ini lantas dikombinasikan di dalam bentuk dissolvable microneedle bersama dengan bentuk sediaan mikro. Berbagai pengujian kembali ditunaikan sampai mampu diambil kesimpulan seberapa banyak persentase obat paling tepat di dalam satu dosis pemberian. Tidak berhenti sampai di situ, pengujian dilanjutkan slot gacor hari ini kembali bersama dengan mengkalkulasi selagi terlarut obat sehingga diketahui berapa lama selagi yang diperlukan microneedle larut di kulit. Banyak tahapan yang kudu dilewati sampai didapatkan hasil bahwa inovasi ini memenuhi persyaratan sebagai obat yang tidak berpotensi toksik.
Nur Syafika mengutarakan bahwa selama penelitian berlangsung, sulitnya mencari literatur menjadi halangan yang dialami, bahkan studi perihal microneedle belum lazim terhadap penelitian S1.
Menurut Nur, hasil penelitiannya bersama dengan tim perlihatkan hasil yang diharapkan, karena formula yang mereka buat mampu melepaskan metmorfin sesuai bersama dengan keperluan dan minim risiko. Dari penelitian ini pula mereka sukses mempublikasikan dua jurnal terhadap 2022 dan 2023.
Di akhir kesempatan, Nur menghendaki semoga penelitian ini mampu dilanjutkan karena masih banyak tahapan-tahapan yang kudu ditunaikan untuk mengembangkan inovasi ini sampai mampu mengimbuhkan banyak fungsi kepada masyarakat terlebih masyarakat penderita diabetes melitus.